JAKARTA – Hanya dalam beberapa tahun, pembayaran via ponsel telah begitu mendarah daging dalam kehidupan orang China. Fenomena itu memaksa toko-toko di daerah wisata luar negeri mengadopsi teknologi tersebut.
Tiga perempat pasar swalayan dan toko serba ada di Singapura, Malaysia, dan Thailand kini menerima pembayaran via ponsel yang dipelopori China, menurut survei Nielsen yang dirilis Senin (21/1/2019). Sekitar 71 persen toko bebas bea dan toko barang mewah di negara-negara tersebut juga menggunakan metode pembayaran ini.
Dua operator yang dominan adalah Alipay, yang dijalankan oleh afiliasi Alibaba, Ant Financial, dan WeChat Pay, yang dimiliki aplikasi perpesanan milik Tencent China, WeChat. Survei dilakukan dengan melibatkan 1.244 pedagang dan 2.806 penduduk China pada musim gugur 2018.
“Seiring dengan permintaan wisatawan China yang semakin personal dan canggih,meningkatkan cakupan global pembayaran mobile adalah proyek jangka panjang (untuk pedagang),” kata Andy Zhao, presiden Nielsen China, dalam sebuah pernyataan.
Berikut adalah tingkat penggunaan pembayaran seluler oleh wisatawan China: AS-Kanada 61 persen; Prancis, Inggris, Italia, Jerman 60 persen; Singapura, Malaysia, Thailand 74 persen; China, Hong Kong, Macau, Taiwan 75 persen; Jepang, Korea Selatan 70 persen; Australia, New Zealand 68 persen.
Thailand diperkirakan akan menjadi tujuan wisata luar negeri paling populer bagi wisatawan China selama liburan Tahun Baru China di bulan Februari, menurut situs pemesanan perjalanan Ctrip. Jepang, Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat (AS) juga berada di peringkat 10 teratas negara yang diprediksi Ctrip akan menjadi tujuan wisata terpopuler bagi 7 juta wisatawan China selama liburan mendatang.
Sistem pembayaran mobile telah disebarkan China ke banyak kelas pedagang, mulai dari pedagang kaki lima hingga department store kelas atas.
Promosi perusahaan, kurangnya penggunaan kartu kredit, dan penetrasi smartphone yang luas membantu mengubah masyarakat yang sistem pembayarannya berbasis uang tunai menjadi masyarakat yang lebih suka memindai QR code dengan telepon untuk membayar, dalam rentang usia berapapun.
Volume transaksinya, melansir CNBC International, meroket dari sekitar US$ 5 triliun (sekitar Rp 71 ribu triliun) pada 2016 menjadi hampir US$ 16 triliun pada kuartal pertama tahun 2018, menurut data analisis yang dikutip dalam laporan Hillhouse Capital.
Ketika turis China membawa kebiasaan membayar via ponsel ke luar negeri, pedagang beradaptasi dengan cepat. Dari mereka yang berada di Singapura, Malaysia dan Thailand yang menerima pembayaran ponsel China, 88 persen-nya mengadopsi teknologi itu dalam dua tahun terakhir, menurut survei Nielsen. Dari mereka yang menerima metode pembayaran, 40 persen-nya mengatakan pengunjung toko mereka meningkat.
Laporan itu juga mengatakan sekitar 60 persen atau lebih dari orang China yang disurvei mengatakan mereka menggunakan pembayaran mobile selama berwisata tahun lalu ke AS, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman atau Italia.
Secara keseluruhan, lebih banyak turis China menggunakan pembayaran mobile daripada uang tunai saat bepergian tahun lalu, kata laporan itu. Kartu yang dikeluarkan perbankan memang tetap menjadi metode pembayaran yang paling umum, sementara belanja, akomodasi, dan makan tetap menjadi tiga kategori pengeluaran teratas.
Untuk lebih jelasnya, peningkatan dukungan luar negeri untuk teknologi tidak selalu berarti penduduk setempat akan menggunakannya dalam waktu dekat. Alipay, misalnya, membutuhkan nomor ponsel dan rekening bank China. Teknologi pembayaran bisa berfungsi di luar negeri melalui kemitraan dengan pedagang dan perusahaan lokal, seperti First Data di Amerika Utara.
Namun, sama seperti toko-toko mewah yang mempekerjakan staf berbahasa Mandarin untuk melayani wisatawan China, ada lebih banyak tujuan wisata yang mungkin merasa perlu untuk menerima Alipay dan WeChat Pay.
“Ke depannya kami akan mendukung upaya lebih banyak pedagang lokal untuk terhubung dengan wisatawan China dan meningkatkan pertumbuhan bisnis mereka,” kata Chen Jiayi, kepala operasi bisnis untuk bisnis luar negeri Alipay, dalam sebuah pernyataan.
Bahkan ketika ekonomi China melambat, ekspektasi Ctrip terhadap 7 juta pelancong yang akan berwisata di Tahun Baru China ini naik sedikit dari prediksi tahun lalu yang sebesar 6,5 juta.
Selain itu, data menunjukkan ada lebih banyak orang dari berbagai kota kecil tertarik bepergian ke luar negeri. Kota-kota di negara ini dibagi menjadi beberapa tingkatan, di mana Beijing dan Shanghai masuk dalam tingkat pertama dan Nanjing serta Chengdu masuk dalam tingkat yang kedua.
Survei Nielsen menemukan ada lebih banyak turis dari kota-kota tingkat kedua yang mengunjungi Eropa dibandingkan tingkat pertama tahun lalu dan menghabiskan rata-rata US$ 6.006 untuk perjalanan keluar negeri, naik dari US$ 472 pada 2017. (*)