MEDIA sosial (medsos) berperan besar dalam membuat ‘kegaduhan’ terutama di musim politik seperti sekarang. Ironisnya, dampak negatif medsos ini tidak hanya membuat keresahan dalam masyarakat, tapi juga mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Medsos sangat sensitif, terutama saat kebebasan berpendapat itu dilontarkan seperti propaganda, hoax, ujaran kebencian, bahkan kampanye hitam. Dan itu saat ini terjadi di Indonesia,” ujar pakar komunikasi Hendri Satrio di Jakarta, Rabu (31/10).
Hendri menilai, medsos seharusnya bisa digunakan hal-hal positif yang bisa merekatkan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Untuk itulah, ia mengajak semua pihak untuk menanggulangi sisi negatif medsos ini dengan melakukan cek, ricek, berpikir cerdas, dan bertanggungjawab dalam mengelola akun medsos masing-masing.
Intinya, lanjut Founder Lembaga Survei KedaiKopi, medsos bukan hanya sebagai tempat berbagi, tapi juga tempat edukasi bagi masyarakat. Karena itu, medsos harus dikelola secara benar dan santun.
“Medsos ini bebas. Artinya setiap pemilik akun boleh menyampaikan hal-hal yang menurut dia penting. Makanya narasi-narasi bebas berseliweran kemana saja. Makanya ini memang agak klise, tapi apapun itu tanggung jawab akun medsos menjadi tanggung jawab pemilik akun masing-masing,” papar dosen komunikasi politik Universitas Paramadina ini.
Menurutnya, narasi kebencian yang tersebar di medsos tidak hanya berimbas pada si pembuat, tapi secara luas di masyarakat. Semenara medsos di Indonesia berkembang pesat karena adanya kebutuhan eksistensi individu pemilik akun itu sendiri.
“Tapi eksistensi ini harus digunakan dalam langkah-langkah positif, jangan sampai eksistensi dimunculkan melalui pemberitaan negatif, apalagi ujaran kebencian,” tegasnya.
Hendri mengingatkan bahwa sejarah telah mengajarkan bahwa di Nusantara dulu banyak negara (kerajaan) besar, yang sekarang sudah tinggal kenangan akibat terpecah belah oleh politik adu domba. Bila bangsa Indonesia yang baru berumur 70 tahun, tidak bisa membendung penyebaran paham negatif di medsos ini, bukan tidak mungkin sejarah Majapahit dan Sriwijaya bakal terulang.
“Ini harus sama-sama kita jaga. Jangan sampai medsos ini menjadi alat meretakkan hubungan baik kita. Jangan sampai medsos kemudian menyebabkan Indonesia pecah,” ajak Hendri. (*)
Sumber: RMOL